Pembuka
Saudaraku, bayangkan jika hari ini kita semua membawa sebuah kotak kecil. Kotak ini terlihat biasa, tapi isinya adalah luka hati, kekecewaan, dan perasaan terkhianati. Tiap kali kita disakiti, kotak ini semakin penuh. Dan setiap kali kita mengingatnya, kita merasa berat… terluka… terkurung.
Cerita Inti
Ada seorang pria yang sudah lama hidup dalam kebencian dan dendam. Sejak kecil, dia dikhianati oleh teman dekatnya. Sejak remaja, dia diperlakukan tidak adil oleh orang-orang yang seharusnya mengasihinya. Setiap kali dia merasa disakiti, dia akan mencatat di dalam kotaknya — kecewa dengan orang tua, terluka oleh sahabat, dikhianati oleh kekasih.
Hari demi hari, kotak itu semakin penuh. Setiap malam, dia memandang kotak itu. Dan setiap kali, perasaan sakit itu datang lagi.
Namun, suatu hari, seorang tua yang bijak mendekatinya.
Pria itu berkata, "Aku sudah cukup menderita, apa lagi yang harus aku maafkan?"
Orang tua itu tersenyum penuh belas kasih dan berkata:
"Lihat kotakmu. Kamu menganggap ini sebagai ‘pelajaran hidup’ dan sesuatu yang harus dipikul. Tapi pernahkah kamu berpikir bahwa dalam menggendong luka-luka itu, kamu juga yang terus menderita? Kamu tidak sedang menghukum mereka. Kamu sedang menghukum dirimu sendiri."
Pria itu terdiam. Hatinya bergejolak. Luka yang dia simpan begitu lama, seolah-olah menjadi bagian dari dirinya.
Aplikasi Rohani
Saudara-saudari, kita semua punya kotak seperti itu. Setiap kali kita disakiti, kita meletakkan rasa sakit itu dalam hati kita. Tapi semakin kita mengingat, semakin kita menyimpan dan tidak melepaskannya, semakin besar penderitaan yang kita rasakan.
Dendam mengikat kita. Kita tidak bebas. Kita tidak bisa maju. Kita hanya berputar-putar dalam kebencian dan kepahitan.
Mengampuni bukan berarti melupakan, tapi melepaskan beban itu. Yesus tidak meminta kita untuk mengampuni hanya sekali, dua kali, atau tujuh kali. Tapi selamanya, seperti Tuhan yang mengampuni kita setiap saat.
Penutup:
Kita semua pernah disakiti. Tetapi kita tidak bisa terus hidup dalam rasa sakit yang kita bawa. Pengampunan adalah kunci kebebasan. Seperti Yesus yang mengampuni kita di atas salib, kita juga dipanggil untuk melepaskan setiap luka, untuk memulai hidup baru.
Mari kita bayangkan jika hari ini, kita bisa melepaskan kotak itu. Kita biarkan semua luka itu hilang, kita lepaskan semua dendam dan kebencian. Bayangkan kebebasan yang akan datang, kebahagiaan yang akan memenuhi hati kita.
Terima kasih kak sangat memberkati, Gbu
BalasHapuserima kasih sudah berkunjung, kiranya tulisan ini dan tulisan lainnya yang ada di blog ini dapat bermanfaat fan menjadi berkat. GBU
BalasHapus