Di sebuah gereja kecil di desa terpencil, setiap minggu seorang pria paruh baya bernama Pak Lukas datang lebih awal. Ia adalah petugas tata ibadah — tugasnya sederhana: membuka pintu gereja, menata kursi, membersihkan mimbar, dan menyalakan kipas angin.
Cerita Inti
Setiap minggu, jumlah jemaat yang hadir tidak pernah lebih dari lima orang. Kadang hanya dua. Kadang tidak ada satu pun yang datang.
Namun Pak Lukas tetap setia. Ia datang pagi-pagi, membersihkan ruang ibadah, menyiapkan pujian, dan membuka Alkitabnya — seolah-olah ruangan itu akan dipenuhi oleh ratusan orang.
Seseorang pernah bertanya padanya,
“Pak, kalau tidak ada yang datang, kenapa tetap repot-repot siapkan semuanya?”
Pak Lukas tersenyum dan menjawab:
“Saya tidak melayani untuk dilihat orang. Saya melakukan ini karena saya tahu, Tuhan melihat saya. Kalau saya hanya setia saat banyak orang datang, berarti saya melayani manusia. Tapi kalau saya tetap setia saat gereja kosong, berarti saya melayani Tuhan.”
Aplikasi Rohani:
Saudara, berapa banyak dari kita hanya setia saat dilihat, saat ramai, saat dihargai?
Tapi kesetiaan sejati diuji saat:
-
Tidak ada yang memuji.
-
Tidak ada yang membalas.
-
Tidak ada hasil yang langsung terlihat.
Setia kepada Tuhan berarti tetap melayani, tetap percaya, tetap berjalan… bahkan ketika tidak ada yang melihat. Karena kita tahu, Tuhan selalu memperhatikan.
Penutup Ilustrasi:
Kesetiaan bukan diukur dari hasil yang terlihat, tapi dari hati yang tidak berhenti percaya dan taat.
Mungkin hidupmu sekarang seperti gereja kosong — doa belum dijawab, usaha belum berhasil, pelayanan sepi respons…
Tapi jangan berhenti.
Karena Tuhan melihat. Dan Tuhan menghargai setiap langkah kesetiaanmu.
“Tuhan tidak butuh banyak penonton.
Ia mencari satu orang yang tetap setia dalam sepi.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar