Total Tayangan Halaman

Jesus Jalan Keselamatan

Yohanes 14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku

Dame Sian Tuhan

Marsipature Rohana Be Ma

Jumat, 25 April 2025

Review Jurnal - Menikah atau Tidak Menikah, itulah Pertanyaannya


Judul Jurnal
: “Menikah atau Tidak Menikah, itulah Pertanyaannya!”: Tinjauan Teologis terhadap Konsep Pribadi dan Pernikahan dalam Mengatasi Konsep Hidup Melajang di Indonesia

Penulis: Doni Herwanto Harianja

Jurnal: JURNAL TEOLOGI REFORMED INJILI

Edisi: Vol. 11, No. 2 Oktober 2024

DoI: https://doi.org/10.51688/VC11.2.2024.art4

 

Di tengah arus modernisasi yang semakin kuat—di mana pendidikan dan karier menjadi prioritas utama, sementara pernikahan justru dipandang sebagai pilihan sekunder—artikel karya Doni Herwanto Harianja ini hadir sebagai angin segar yang memanggil kembali makna asli dari pernikahan dalam terang iman Kristen. Diterbitkan dalam Jurnal Teologi Reformed Injili edisi Oktober 2024, tulisan ini memberikan refleksi mendalam terhadap konsep pernikahan dan hidup melajang, melalui lensa teologi dan antropologi Kristen.

 

🔍 Ringkasan Isi

 Artikel ini dimulai dengan paparan fenomena sosial di Indonesia: angka pernikahan yang menurun, meningkatnya jumlah individu yang memilih untuk tetap melajang, serta normalisasi kohabitasi. Berbagai studi dijadikan pijakan untuk memetakan penyebab tren ini—mulai dari tuntutan ekonomi, kesetaraan gender, hingga pengaruh teknologi seperti dating apps dan konten pornografi.

Namun, Harianja tidak berhenti pada fenomena sosiologis. Ia membawa pembaca masuk lebih dalam, menuju akar teologis: bagaimana pemahaman akan “personhood” (keberadaan sebagai pribadi) seharusnya memengaruhi cara umat Kristen memandang pernikahan. Melalui pemikiran teolog seperti Stanley Grenz, John Zizioulas, hingga Alistair McFadyen, penulis menjelaskan bahwa manusia hanya bisa memahami dirinya secara utuh melalui relasi yang bermakna, seperti yang tercermin dalam pernikahan.

 🧠 Refleksi Teologis yang Kuat

Salah satu kekuatan utama artikel ini adalah refleksi antropologis-teologis yang sangat kuat. Pernikahan dipandang bukan sekadar institusi sosial, tetapi sebagai sarana Allah untuk menyatakan kasih, relasi, dan pemulihan. Dalam pernikahan, pribadi tidak sekadar menjadi "pasangan hidup", tetapi juga partner untuk saling menumbuhkan, mengenali diri, dan mencintai dengan kasih yang melampaui keinginan egoistik.

Konsep “ek-stasis”—yakni kemampuan pribadi untuk keluar dari dirinya dan menyatu dengan pribadi lain—menjadi puncak dari refleksi ini. Dalam pernikahan, manusia belajar mencintai, memberi diri, dan menerima yang lain dalam seluruh keunikannya. Inilah gambaran kasih Allah sendiri.

 🏛️ Relevansi Kontekstual

Tulisan ini sangat relevan bagi gereja dan masyarakat Indonesia masa kini. Gereja tidak boleh bersikap apatis terhadap tren hidup melajang, terutama ketika banyak kaum muda menunda atau bahkan menolak pernikahan karena standar dunia yang mengedepankan ekonomi, pendidikan, dan “kesempurnaan pasangan”.

Dengan pendekatan interdisipliner—menggabungkan sosiologi, psikologi, dan teologi—artikel ini mampu mengajak pembaca berpikir ulang: apakah kita masih memaknai pernikahan sebagai panggilan hidup yang kudus? Ataukah kita mulai terjebak dalam pandangan utilitarian terhadap pasangan dan hubungan?

 ✍️ Kesimpulan

Jurnal ini bukan hanya sebuah tulisan akademik, tetapi juga panggilan profetik bagi gereja dan generasi muda Kristen untuk memulihkan kembali makna pernikahan sebagai persekutuan kasih. Bagi pembaca yang rindu akan kedalaman dan relevansi teologis dalam memahami isu kontemporer, artikel ini adalah bacaan yang sangat layak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar