Total Tayangan Halaman

Jesus Jalan Keselamatan

Yohanes 14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku

Lam_Mar Sihaholongan

Marsipature Rohana Be Ma

Senin, 05 Desember 2011

7 PERKATAAN SALIB





Salib adalah suatu simbol penderitaan, kehinaan, dan kutukan pada zaman Tuhan Yesus. Salib sering dipakai untuk menghukum mati penjahat-penjahat besar. Suara makian, umpatan, dan jeritan merupakan hal yang lumrah dan kerap kali terdengar dari mulut orang yang disiksa di atas kayu salib. Namun, Alkitab mencatat bahwa ketika Kristus disalibkan, Ia mengucapkan tujuh kalimat yang sangat berbeda dengan yang pada umumnya dilontarkan oleh orang yang tersiksa di atas kayu salib. Melalui buku “7 Perkataan Salib” ini, kita akan mengupas bagian ini secara singkat arti dari setiap kalimat yang keluar dari mulut Kristus pada momen tersebut sehingga kita dapat semakin memahami keagungan jiwa dari Yesus Kristus dan kebesaran rencana penebusan Allah.
Di saat paling lelah secara fisik setelah tidak tidur semalaman, di dalam keadaan paling sengsara di mana sudah begitu banyak darah yang keluar dari tubuh-Nya, di saat paling tersendiri di mana seluruh keadilan, moral, dan politik menjadi gelap, terdengarlah perkataan-Nya yang pertama, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Perkataan pertama yang diawali dengan “Bapa” menunjukkan hubungan yang erat dengan Allah Bapa di surga. Dari kalimat ini, Ia juga menyatakan sifat Allah yang adalah kasih dan adil: cinta kasih yang sanggup membalikkan dan menghentikan murka Allah atas orang berdosa, dan keadilan yang menyatakan hukuman dan murka Allah atas dosa.
 Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan bersama-sama dengan Aku di Firdaus.” Inilah kalimat kedua yang merupakan pernyataan Kristus terhadap pertobatan seorang perampok yang pada awalnya menghina Kristus. Kerap kali ketika kita membaca peristiwa ini, kualitas iman perampok ini tidak begitu kita perhatikan. Namun, buku ini menyatakan sesuatu yang sangat menarik. Jika dibandingkan dengan pengertian para rasul, maka pengertian perampok ini akan Kristus jauh lebih mendalam. Di saat sebagian besar rasul melarikan diri, perampok ini melihat kemuliaan dalam kekekalan Kristus dan mengetahui bahwa Kerajaan-Nya pasti datang. Pertobatan perampok ini juga semakin menegaskan bahwa dasar keselamatan yang diterima semata-mata adalah karena anugerah Allah, bukan karena hidup keagamaan dan jasa manusia.
Perkataan ketiga yang disampaikan Yesus di atas kayu salib adalah ketika Ia melihat para wanita, termasuk ibu-Nya, Maria, dan Yohanes yang berada di dekat-Nya. Yesus memandang kepada ibu-Nya, lalu berkata, ”Wanita, inilah anakmu.” Dalam hal ini, Yesus memilih istilah yang tepat. Yesus adalah pencipta semesta, termasuk Maria dan Yohanes. Kristus sebagai pencipta memberikan perintah kepada ciptaan-Nya. Kemudian, Yesus berpaling kepada Yohanes dan berkata, “Inilah ibumu.” Apakah arti dari perkataan Yesus kepada Yohanes? Artinya adalah agar setiap dari kita yang sudah menyadari akan cinta Tuhan, juga menanggung suatu beban tanggung jawab daripada Tuhan. Orang Kristen yang belum mengalami salib hanya mau kedudukan, tetapi setelah mengalami salib dan cinta Tuhan Yesus, ia meninggikan cinta kasih Tuhan dan menanggung beban serta resiko di hadapan Tuhan seumur hidup.
Setelah luka-luka yang mengalirkan darah begitu banyak, menganga, dan terpanggang sinar matahari sekian lama, maka sudah seharusnya tubuh menjadi begitu lemah. Tetapi, pada saat itulah Kristus justru berteriak, “Eli, Eli, lama sabakthani!” Suara yang begitu keras menggema di awan-awan dan seluruh alam semesta. Saat ini Yesus tidak menyebut Allah sebagai Bapa. Itulah saatnya di mana seluruh dosa manusia ditimpakan kepada-Nya. Ini adalah perkataan Kristus yang tidak mungkin dapat dimengerti secara tuntas. Kita hanya bisa memahami sampai batas bahwa inilah titik akhir dan terjauh dari perjalanan Kristus mencari orang berdosa.
Kemudian Kristus mengatakan, “Aku haus!” Ini merupakan perkataan Kristus yang sulit untuk dijelaskan. Untuk bagian ini kita harus mencoba mengeluarkan  pertanyaan yang membuat kita semakin menyadari besarnya tantangan dalam memahami kalimat ini. Apakah arti dari perkataan ini? Siapa yang berkata? Kepada siapa? Apakah Kristus sedang meminta minuman untuk melepaskan dahaga-Nya? Mengapa Kristus yang menjanjikan air hidup, sekarang mengatakan hal ini? Bukankan ini paradoks? Namun kenyataannya, tidak ada jawaban mengenai perkataan Yesus ini. Sebab ini bukan merupakan permintaan, ini adalah suatu pernyataan! Perkataan ini menunjukkan kemanusiaan Kristus dan penderitaan yang sungguh-sungguh. Tidak ada seorang pun yang mampu mengerti kehausan macam apa yang dialami Kristus. Keadaan haus yang tidak terbayangkan ini harus dialami Kristus agar Ia dapat menjadi air hidup yang sesungguhnya. Siapa pun yang haus, hendaklah Ia datang kepada Kristus. Pernyataan “Aku haus” adalah seruan kehausan yang menghentikan segala kehausan.
Setelah itu Ia mengatakan, “Tetelesthai!” sudah selesai Setelah menjalankan ketaatan menuju kesengsaraan terakhir di Golgota, harus dimengerti bahwa Golgota bukanlah titik akhir perjalanan Kristus, melainkan suatu proses menuju kebangkitan. Yesus baru dapat mengatakan tetelesthai setelah mengatakan Eli Eli lama sabakthani, setelah mengalami sengsara dan kematian. Kalimat keenam ini menyatakan kemenangan total. Karena Kristus yang taat maka barangsiapa menerima Kristus akan diterima oleh Allah. Saat Kristus mengucapkan kalimat inilah, Allah Bapa melihat ketaatan tuntas dari Hamba-Nya yang mengganti dosa manusia.
“Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Inilah kalimat terakhir dari Kristus ketika terpaku di atas kayu salib. Jadi, jelaslah bahwa jiwa Kristus bukan dirampas dan ditelan kematian. Ia secara aktif menyerahkan nyawa-Nya.
Jadi, sudah jelas bahwa tema utama dari buku ini adalah membahas tulang sumsum ajaran Kristen, yakni kematian Kristus di atas kayu salib. Dengan demikian, buku ini wajib dimengerti oleh setiap orang percaya. Biarlah kita semakin menyadari signifikansi arti kematian Kristus di atas kayu salib, memahami setiap detail dari arti peristiwa yang terjadi pada saat penyaliban, dan dapat mengaitkannya dalam kehidupan kita. Pada akhirnya kita akan semakin gentar akan keadilan Tuhan, meninggikan cinta kasih Tuhan, dan saling menanggung beban serta resiko di hadapan Tuhan seumur hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar