Total Tayangan Halaman

Jesus Jalan Keselamatan

Yohanes 14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku

Dame Sian Tuhan

Marsipature Rohana Be Ma

Kamis, 02 Februari 2012

RELASI IMAN DAN TINDAKAN

RELASI IMAN DAN TINDAKAN
Yak 2:14-17 Band II Pet 1:5 dst.

Yak 2:14-26 membahas persoalan anggota gereja yang mengaku memiliki iman yang menyelamatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, namun pada saat yang bersamaan tidak pernah menunjukkan bukti pengabdian yang sungguh-sungguh kepada Dia dan Sabda-Nya. Maka Yakobus merasa bertanggung jawab untuk menasihati orang Kristen yang berlatar belakang Yahudi  dan tinggal di Perantauan (1:1) dan juga karena keadaan sosial mereka (1:9-10, 5:1-8).[1]

A.    Ayat 14
  1. Iman yang menyelamatkan senantiasa merupakan iman hidup yang tidak berhenti dengan sekadar mengaku Kristus sebagai Juruselamat, tetapi juga mendorong ketaatan kepada Dia sebagai Tuhan. Demikianlah, ketaatan adalah aspek yang penting dari iman.
a.       Iman yaitu percaya dengan sungguh-sungguh kepada Kristus yang  lahir, mati dan bangkit sebgai jurus’lamat.
b.      Iman meliputi pertobatan, yaitu berbalik dari dosa dengan penyesalan yang mendalam (Kis 17:30; 2Kor 7:10) dan berbalik kepada Allah melalui Kristus. Iman yang menyelamatkan adalah iman yang membawa pertobatan (Kis 2:37-38).
c.       Iman termasuk ketaatan kepada Yesus Kristus dan Firman-Nya sebagai suatu cara hidup yang diilhamkan oleh iman kita, oleh rasa syukur kita kepada Allah dan oleh karya Roh Kudus yang membaharui (Yoh 3:3-6; Yoh 14:15,21-24;Ibr 5:8-9). Itulah ketaatan yang bersumber dari iman. Oleh karena itu, iman dan ketaatan tidak bisa dipisahkan .
d.       Iman meliputi pengabdian pribadi yang sepenuh hati dan ikatan kepada Yesus Kristus yang terungkap dalam kepercayaan, kasih, rasa syukur, dan kesetiaan. Iman dalam pengertian ultima/Akhir tidak dapat dibedakan secara jelas dengan kasih. Iman menjadi suatu tindakan pribadi dari pengorbanan dan penyerahan diri yang diarahkan kepada Kristus (bd. Mat 22:37; Yoh 21:15,17).[2]

  1.  Perhatikan bahwa tidak ada pertentangan di antara Paulus dengan Yakobus mengenai persoalan iman yang menyelamatkan. Biasanya Paulus menekankan iman sebagai sarana untuk seorang menerima Kristus sebagai Juruselamat (Rom 3:22). Yakobus memperhatikan kenyataan bahwa iman yang sejati harus aktif dan tekun sehingga membentuk keberadaan kita.
B.     Ayat 16
1.      Bahwa banyak orang yang dikasihi Kristus, tapi tidak mau mengasihi  orang lain
2.      Orang berkata dia diberkati oleh Tuhan tetapi tidak mau memberkati
3.      Pemeliharaan Allah terhadap orang miskin dan tanggung jawab orang percaya terhadap orang miskin

C.     Ayat 17
1.    Iman sejati yang menyelamatkan begitu penting sehingga mau tidak mau harus menyatakan diri di dalam tindakan saleh dan pengabdian kepada Yesus Kristus. Perbuatan tanpa iman adalah perbuatan yang mati. Iman tanpa perbuatan adalah iman yang mati. Iman yang sejati selalu menyatakan dirinya dalam ketaatan kepada Allah dan perbuatan belas kasihan terhadap mereka yang membutuhkannya.

2.    Yakobus mengarahkan ajaran ini kepada mereka di dalam gereja yang mengaku beriman kepada Kristus dan pendamaian oleh darah-Nya, sambil percaya bahwa pengakuan itu saja sudah cukup untuk keselamatan. Mereka berkeyakinan bahwa hubungan pribadi dalam ketaatan dengan Kristus sebagai Tuhan tidak penting. Yakobus mengatakan bahwa iman semacam itu mati dan tidak menghasilkan keselamatan atau sesuatu yang baik (ayat Yak 2:14-16,20-24). Satu-satunya jenis iman yang menyelamatkan ialah "iman yang bekerja oleh kasih" (Gal 5:6).[3]


[1]  Rev. Ola Tuluan, Introduksi PB, Dep. Literatur YPPII, Jawa Timur, Hal 153

Kamis, 19 Januari 2012

Parmalim,,,,,,,



Parmalim dan Parmalim  Apakah benar ini adalah agama suku??
 Apakah aliran ini harus diberi ijin untuk kebebasan beribadah??
 Bagaimana respon orang Kristen tentang hal ini??
 Bagaimana respon mereka sendiri terhadap orang Kristen dan Pemerintahan RI??
 “Berikut kita melihat bebarapa pendapat dari Jemaat parmalim sendiri dan tanggapan PGI” juga sejarah berdirinya aliran ini!!

Parmalim agama asli Suku Batak, di Provinsi Sumatera Utara. Tapi keberadaan agama ini tak pernah diakui oleh Pemerintah Daerah, apalagi negara. Pengikut agama Parmalim di Medan, Sumatera Utara bahkan kerap diperlakukan diskriminatif. Reporter KBR68H Regie Situmorang menemukan warga Parmalim yang sulit mendapatkan identitas, bahkan dilarang membangun rumah ibadah.

Namanya Aman Sirait, penganut Parmalim yang tinggal di Kota Medan Sumatera Utara.
Aman Sirait: Dengan adanya UU nomor 23, kami yang berada di kota Medan ini, apakah sudah bisa dilaksanakan? Mereka selalu menuntut, mohon ada juklak dari Presiden, itu kalo mereka terbuka, tapi ini tidak. Jadi kita selalu diajar untuk main alif alifan (tipu tipuan), itu yang tidak cocok sama kita. Kejujuranlah. Inilah saya. Jadi kalo saya lihat, di sini kita dididik untuk berdusta, padahal agama menuntut kita supaya tidak berdusta. KTP Bapak? Saya kosongkan. Anak anak? Saya kosongkan juga. Cucu juga, semua yang Parmalim saya kosongkan.



Agama leluhur
Parmalim atau kepercayaan Ugamo Malim adalah kepercayaan yang dianut oleh para leluhur suku Batak. Kepercayaan ini sudah ada sebelum lima agama nasional diakui pemerintah Indonesia. Parmalim meyakini Debata Mulajadi Nabolon sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Nabi di Parmalim disebut Nabi Ugamo Malim, yaitu Sisingamangaraja. Walau kepercayaan ini berasal dari Sumatera Utara, namun hingga kini, pemerintah setempat tidak mengakui adanya kepercayaan Parmalim.
Aman bercerita, keberadaan Parmalim tidak pernah diakui sejak dia masih kecil. Pada 1960-an, Aman harus memilih agama Islam di Sekolah Dasar agar bisa terus bersekolah. Di SMP, dia memilih agama Kristen.
Aman Sirait: Seperti saya, terus terang saja, saya mengikuti agama Islam. Karena dulu saya tinggal di Siantar di lingkungan Islam. Sudah dewasa, saya kemudian saya belajar agama Kristen. Tapi orang tua saya terus mengingatkan bahwa saya adalah Parmalim, walau dia mempersilahkan saya untuk mempelajari Al Kitab dan Al Quran. Orang tua saya tapi bilang ke saya bahwa kita orang Batak, bahasa kita Batak, dan Tuhan kita adalah Mulajadi Nabolon.

Data kepegawaian
Setelah lulus kuliah, Aman berhasil melewati segala ujian untuk bekerja di Pertamina. Yang mengejutkan, semua jerih payahnya pupus hanya karena dia penganut Parmalim.
Aman Sirait: Jadi saya melamar di Pertamina tahun 1972, semua lulus, psikotes lulus. Datang HRD, mulai menanyakan biodata. Dia menanyakan, hanya 3 di sini agama, Islam, Hindu, Kristen. Bapak pilih saja salah satu. Lalu saya bilang, tidak bisa saya membohongi diri saya. Tapi tidak dikenal orang Parmalim itu pak. Tapi itulah kepercayaan saya. Kata dia, agama kamu itu tetap kamu ikuti, tapi ini sebagai biodata bapa di kantor bikin aja Hindu kek, atau apa. Tapi tidak bisa ku bilang. Ya sudahlah, kalau tidak diterima apa boleh buat, padahal waktu itu lagi tren trennya masuk Pertamina. Saya kembali, saya bilang.
Setelah gagal di Pertamina, Aman kemudian melamar ke BUMN Perkebunan PTPN II. Kali ini Aman diterima tanpa dipersoalkan kepercayaannya.
Empat puluh tahun sudah Aman Sirait menjalankan agama Parmalimnya, hingga sekarang. Tapi tak ada perubahan berarti bagi para penganut Parmalim. Sampai sekarang, tak ada penganut yang di KTP-nya tercantum agama Parmalim.


Ruma Parsaktian
Saat ini di Medan, ada sekitar 600 penganut Parmalim. Mereka tak punya rumah ibadah, atau Ruma Parsaktian. Ucapan syukur terpaksa dilakukan menumpang di rumah salah satu umat Parmalim, Marnakkok Naipospos. Pada 2005 lalu, mereka sebetulnya berencana membangun Ruma Parsaktian di Jalan Air Bersih, Ujung Medan. Tapi rumah itu gagal dibangun karena ada penolakan dari warga sekitar, kata Aman Sirait.
Aman Sirait: Semula permasalahan itu dengan warga HKBP, tapi setelah kita ke pendeta-pendeta (HKBP), warga HKBP tidak jadi keberatan. Tapi kembalilah permasalahan itu ke masyarakat Air Bersih yang menyatakan, masalah ini bukan maslaah HKBP tapi warga setempat katanya.
Warga setempat yang dimaksud Aman di antaranya Marata Sinaga boru Siburin dan Wesley Siburian boru Manalu. Keduanya paling keras menyuarakan penolakan rumah Parmalim. Mereka mengaku menolak kehadiran Ruma Parsaktian yang rencananya dibangun di samping rumah mereka.
Alasan lain, di wilayah tersebut tak ada penganut Parmalim. Juga, mereka merasa dibohongi umat Parmalim yang dalam permohonan izinnya menyebut pembangunan gereja, bukan Ruma Parsaktian.
Ibu Sinaga dan Siburian: Factor yang paling fatal, orang ini tidak ada pengikutnya (di daerah) sini. Terus kenapa mereka di sini? Ini tanah hibah, dulu yang punya ini orang Parmalim di Pakam. Kalo kita kasih solusinya kita suruh mereka jual tanah ini, terus bangun di daerah yang banyak Parmalim seperti di Pakam, di Simpang Limun. Lebih praktis kan. Karena di sini nggak ada (umat Parmalim).
Pembangunan Rumah Parsaktian itu kini terbengkalai. Rumah seluas dua kali lapangan bulu tangkis itu dikotori alang-alang, di dalam dan luarnya. Tembok yang sempat dibangun sebagian rubuh. Bahkan pembangunan gedung yang sebetulnya sudah 70 persen selesai itu, sebagian atapnya sudah terlihat copot.
Toleransi beragama
Persatuan Gereja Indonesia (PGI) Sumatera Utara menyesalkan adanya pelarangan rumah ibadah ini. Sekretaris Umum PGI Sumatera Utara, Langsung Sitorus mengatakan, pelarangan terhadap berdirinya Ruma Parsaktian dilakukan oleh perorangan, bukan atas perintah gereja. PGI mengklaim sudah menegur jemaatnya yang melarang.
Langsung Sitorus: Dan ada kawan dari pihak Kristen yang bikin surat penolakan tidak setuju, tapi setelah kita tegur baik dari PGI Wilayah, akhirnya pernyataan itu dicabut, dan mereka tidak keberatan lagi, jika rumah ibadah Parmalim itu didirikan. Dan harapan saya, pemerintah bisa mempertimbangkan untuk mereka mendirikan rumah ibadah di tempat itu. Karena status tanah yang mereka miliki adalah status milik agama mereka sendiri, jadi yang mereka minta, izin dari pemerintah.
Selain izin dari warga setempat dan Dinas Tata Kota, pembangunan Ruma Parsaktian juga harus mengantongi izin dari Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB. Forum ini dibentuk masyarakat dan difasilitasi Pemerintah, untuk membangun kerukunan dan kesejahteraan umat beragama. Salah satu fungsinya adalah mengeluarkan izin pembangunan rumah ibadah.
Anggota FKUB Sumatera Utara Ronald Naibaho memastikan, FKUB hanya bisa memberikan izin pembangunan bagi rumah ibadah agama yang diakui Negara. Dan Parmalim, tak masuk daftar.
Ronald Naibaho: Kalo rumah ibadah Parmalim itu, tidak termasuk dari 6 rumah ibadah yang diakui di Indonesia. Karena FKUB hanya mengatur tentang 6 rumah ibadah yang diakui oleh Indonesia. Ini sesuai SKB 3 menteri nomor 8 dan nomor 9 tahun 2006. Tapi secara pribadi, saya sangat menghargai perbedaan. Soalnya ini kan masalah keyakinan, keyakinan itu tidak bisa dipaksakan. Kalau dia yakin dengan keyakinannya, ya kita harus menghormati.

KTP
Pembangunan Ruma Parsaktian masih terhenti hingga sekarang. Agama Parmalim juga tak kunjung masuk dalam kolom agama di KTP. Perjuangan pemeluk Parmalim sekarang adalah ke DPRD Sumatera Utara, supaya dibuatkan Perda yang mengakui keberadaan umat Parmalim dan kepercayaan lainnya.
Aman Sirait: Kita sudah melaporkan masalah ini ke Jakarta, ke komnas HAM. Bahkan sering diadakan seminar soal masalah ini. Tapi memang kita belum bisa membangun rumah ibadah kita. Kita berharap, suatu saat, DPRD, Pemda sumatera utara mendukung kita.

Parmalim: “Kami Bukan Penganut Ajaran Sesat”
“Marpangkirimon do na mangoloi jala na mangulahon patik ni Debata, jala dapotna do sogot hangoluan ni tondi asing ni ngolu ni diri on.”
-Pantun ni Ugamo Malim
Manusia yang mematuhi dan mengikuti ajaran Tuhan dan melakukannya dalam kehidupannya, memiliki pengharapan kelak ia akan mendapat kehidupan roh suci nan kekal.
-Kata bijak Ugamo Malim
Secara implisit, inilah yang menjadi ajaran suci keyakinan Ugamo Malim atau lebih dikenal dengan Parmalim di Tanah Batak sejak turun temurun, seperti yang dikatakan Raja Marnakkok Naipospos selaku Ulu Punguan (pemimpin spiritual) Parmalim terbesar di Desa Hutatinggi Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir.
Menurut beberapa pandangan ilmuwan sosial, sebenarnya Ugamo Malim layak menjadi sebuah agama resmi. Alasannya ialah dalam ajaran aliran ini juga terdapat nilai-nilai religius yang bertujuan menata pola kehidupan manusia menuju keharmonisan, baik sesama maupun kepada Pencipta. Dan secara ilmu sosial tujuan ini mengandung nilai luhur.
Hanya saja, peraturan pemerintah membantah advokasi tersebut dengan alasan masih adanya berbagai kejanggalan. Misalnya, ketidakadaan dokumen sejarah yang jelas mengenai kapan Parmalim pertama kali diyakini sebagai sebuah kepercayaan di Tanah Batak. Alasan lain, yang tentu saja mengacu pada persepsi umum adalah ketidakadaan kitab suci dan nabi yang jelas berdasarkan kitab suci, yang apabila ada. Di samping itu masih saja ada persepsi masyarakat yang mengatakan bahwa ajaran Parmalim adalah ajaran sesat.
“Kami bukan penganut ajaran sesat,” kata Naipospos kepada Global ketika dijumpai di kediamannya, Selasa (2/1/07). “Bahkan, ajaran Parmalim menuntut manusia agar hidup dalam kesucian,” jelasnya kemudian menerangkan secara detail asal-muasal kata Parmalim yang berasal dari kata “malim”. Malim berarti suci dan hidup untuk mengayomi sesama dan meluhurkan Oppu Mulajadi Nabolon atau Debata (Tuhan pencipta langit dan bumi). “Maka, Parmalim dengan demikian merupakan orang-orang mengutamakan kesucian dalam hidupnya,” jelas Marnangkok.
Lantas, apa pasal sehingga aliran ini tidak layak dijadikan sebagai agama resmi? Bahkan, aliran ini dianggap sesat dengan tuduhan sebagai pengikut “sipele begu” (penyembah roh jahat atau setan). “Alasannya jelas,” kata Marnangkok. “Mereka (masyarakat awam dan pemerintah) tidak mengerti siapa sebenarnya yang kami sembah dan luhurkan. Yang kami puja tak lain adalah Oppu Mula Jadi Na Bolon bukan”begu” (roh jahat),” katanya. “Dan inilah yang menjadi bias negatif dari masyarakat terhadap Parmalim.”
Marnangkok kemudian menjelaskan, Oppu Mula Jadi Nabolon adalah Tuhan pencipta alam semesta yang tak berwujud, sehingga Ia mengutus sewujud manusia sebagai perantaraannya (parhiteon), yakni Raja Sisingamangaraja yang juga dikenal dengan Raja Nasiak Bagi. Raja Nasiak Bagi merupakan julukan terhadap kesucian (hamalimon) serta jasa-jasanya yang hingga akhir hidupnya tetap setia mengayomi Bangsa Batak. Nasiak Bagi sendiri berarti ditakdirkan untuk hidup menderita. Ia bukan raja yang kaya raya tetapi hidup sama miskin seperti rakyatnya.
Dengan demikian, Parmalim meyakini bahwa Raja Sisingamangaraja dan utusan-utusannya mampu mengantarkan mereka (Bangsa Batak) kepada Debata.
Hanya saja, hingga kini persepsi umum mengatakan bahwa Parmalim memuja Raja-raja Batak terdahulu dan utusan-utusannya. Tentu saja ini dipandang dari tata cara pelaksanaan setiap ritualnya sangat berbeda dengan ritual agama-agama samawi dan agama lainnya. Mereka menggunakan dupa dan air suci (pagurason) di samping daun sirih untuk ritual khusus.
Namun, dalam menyoal status Parmalim muncul lagi sebuah pertanyaan mengenai sampai kapan keterkungkungan mereka itu akan lepas? Kenyataan menjelaskan bahwa Parmalim selalu diperlakukan secara diskriminatif dalam banyak perolehan akses hidup sebagai warga negara. Contohnya, dalam memperoleh pekerjaan di dinas pemerintahan, izin-izin resmi serta bias sosial yang negatif. Di samping itu tak jarang pula media mengadvokasi eksistensi mereka demi hak-hak dan kebebasan mereka, namun hasilnya tetap nihil.
Di sisi lain, bunyi pasal 29 ayat 1 dan 2 UUD 1945, yang menyatakan bahwa setiap WNI diberi kebebasan meyakini agama dan kepercayaan nyata-nyatanya belum memberi mereka kebebasan dan hak mereka sebagai WNI.
Anjing menggonggong kafilah berlalu. Demikianlah adanya. Pengalaman mereka menunjukkan, hingga kini mereka merupakan komunitas marginal “original” di Tanah Batak. Aliran Ugamo Malim diyakini sebagian orang sudah ada sebelum ajaran Kristen dan Islam masuk ke daerah itu. Namun, mereka kian terpinggirkan kini.
“Pemerintah menganggap Ugamo Malim bukan sebagai agama, melainkan hanya sebuah budaya yang bersifat religius,” kata Marnangkok.
Alasan ini jugalah yang menjadikan Ugamo Malim belum mendapat pengakuan dari pemerintah. Seperti kata Marnakkok, akibat keterkungkungan ini banyak pengikutnya yang secara diam-diam mengakui agama lain secara formalitas demi mematuhi birokrasi yang berlaku di pemerintahan, dalam pengurusan KTP dan pekerjaan misalnya. Namun ada juga yang secara formalitas mencatatkan agama lain pada KTP-nya tapi kenyataannya ia tetap mengikuti ajaran Parmalim. Yang terakhir, ada yang samasekali tidak mau keduanya, yaitu tidak mau mengikuti formalitas dan tetap menjalani hidup diskriminatif sebagai Parmalim, seperti Marnagkok sendiri.
Hidup dalam kepasrahan
Perjuangan akan kebebasan dan hak, nyatanya bukanlah tanpa kendala. Demikianlah yang terjadi. Bukan hanya tidak adanya pengakuan dari pemerintah maupun masyarakat. Kendala utamanya tak lain adalah ketidakberdayaan mereka.
Marginalisasi komunitas kecil ini (yang hanya 1.400 kepala keluarga, termasuk di seluruh dunia), sudah mengakar dalamnya. Sejak dulu ketidakberdayaan ini diakibatkan sedikitnya pengikut Parmalim yang berkecimpung di lingkungan pemerintahan dan dunia politik.
Hidup dalam kepasrahan. Barangkali itu jugalah intisari dari pernyataan kata bijak Parmalim yang mengatakan: “Baen aha diakkui sude bangso on hita, ia anggo so diakkui Debata pangalahon ta.” (Tidakklah begitu berarti pengakuan semua bangsa terhadap kita, dibandingkan pengakuan Tuhan terhadap perilaku kita).
Seperti apa yang kemudian dijelaskan Marnangkok, “ Untuk apa pengakuan dari setiap bangsa jika Tuhan sendiri tidak mengakui perbuatan kita di dunia ini?” Nampaknya, perjuangan Ugamo Parmalim sudah berujung pada kepasrahan. “Seorang rekan pernah mengusulkan agar mengajukan petisi kepada pemerintah mengenai hal pengakuan ini,” kenangnya menyebut Dr Ibrahim Gultom (kini Pembantu Rektor UNIMED) yang selama 2 tahun pernah meneliti gejala sosial dalam eksistensi mereka dalam tesis doktoralnya “ Ugamo Malim di Tano Batak.” Tapi, saat itu ia menolak.
Dalam kepasrahan ini tentu saja masih ada harapan. Tapi, harapan itu bukanlah berasal dari dunia, melainkan dari Oppu Mula Jadi Nabolon. Dalam harapan itu, ada pula ketaatan untuk selalu mempertahankan hidup suci.
“Kami tidak diakui bukan karena kami telah melakukan kejahatan, melainkan hanya prasangka buruk tentang kami,” katanya. Selanjutnya ia mengucapkan kalimat dalam bahasa Batak, ”Berilah kepada kami penghiburan yang menangis ini, bawalah kami dari kegelapan dunia ini dan berilah kejernihan dalam pikiran kami.”
Mereka yakin Debata hanya akan memberkati orang yang menangis. Nah, dalam kepasrahan yang berpengharapan inilah mereka hidup. Dalam keterasingan itu juga mereka menyerahkan hidupnya pada “kemaliman” (kesucian). “Parmalim adalah mereka yang menangis dan meratap,” katanya.
Dalam ritual Ugamo Parmalim sendiri, terdapat beberapa aturan dan larangan. Selain mengikuti 5 butir Patik ni Ugamo Malim (5 Titah Ugamo Malim), juga terdapat berbagai kewajiban lainnya seperti Marari Sabtu atau ibadah rutin yang diadakan setiap Sabtu. Kewajiban lain di antaranya adalah Martutu Aek, yakni pemandian bayi yang diadakan sebulan setelah kelahiran, Pasahat Tondi yaitu ritual sebulan setelah kematian, Pardebataan, Mangan na Paet dan Pangkaroan Hatutubu ni Tuhan.
Ada pun larangan yang hingga kini masih tetap dipertahankan di antaranya adalah larangan untuk memakan daging babi dan darah hewan seperti yang lazim bagi umat Kristen. Memakan daging babi atau darah dianggap tidak malim (suci) di hadapan Debata. Padahal dalam ajaran Parmalim sendiri dikatakan, jika ingin menghaturkan pujian kepada Debata, manusia terlebih dahulu harus suci. Ketika menghaturkan pelean (persembahan) kesucian juga dituntut agar Debata dan manusia dapat bersatu.
Selain itu, Parmalim juga tidak diperbolehkan secara sembarangan menebang pohon. Larangan ini diyakini akan mendatangkan bala apabila tidak diacuhkan. Pasalnya, hutan sebagai bagian dari alam yang sekaligus merupakan ciptaan Tuhan harus dilestarikan. Secara tradisi, apabila seseorang ingin menebang pohon di hutan, haruslah menanam kembali gantinya. Konon, ajaran Parmalim meyakini bahwa terdapat seorang raja yang berkuasa di hutan (harangan) yang lalu dikenal dengan Boru Tindolok (raja harangan).
***
Jika melihat fisik bangunan rumah ibadah Parmalim, maka pada atap bangunan terdapat lambang tiga ekor ayam. Lambang ini, menurut Marnangkok, merupakan lambang ”partondion” (keimanan). Konon, menurut ajaran Parmalim, ada tiga partondian yang pertama kali diturunkan Debata ke Tanah Batak, yaitu Batara Guru, Debata Sori dan Bala Bulan. Sementara ayam merupakan salah satu hewan persembahan (kurban) kepada Debata.
Ketiga ekor ayam itu berbeda warna. Yang pertama, berwarna hitam (manuk jarum bosi) merujuk kepada Batara Guru, putih untuk Debata Sori dan merah untuk Bala Bulan. Sedang masing-masing warna juga memiliki arti tersendiri. Hitam melambangkan kebenaran, putih melambangkan kesucian dan merah adalah kekuatan atau kekuasaan (hagogoon). Kekuatan adalah berkah yang diberikan kepada manusia melalui Bala Bulan yang tujuannya untuk mendirikan “panurirang” (ajaran dan larangan).
Hanya saja, diyakini bahwa Raja Sisingamangaraja adalah utusan Debata yang lahir melalui perantaraan roh Debata kepada Boru Pasaribu. Diyakini pula, pada waktu di Harangan Sulu-sulu sebuah cahaya, yang kemudian diyakini sebagai roh Debata datang kepadanya dan mengatakan, “baen pe naung salpu i roma na tonggi, tarilu-ilu ho sonari, roma silas ni roha.” yang menyatakan bahwa: “Walaupun hari ini engkau menangis namun engkau juga akan merasakan kebahagiaan kelak.”
Boru Pasaribu kemudian mengandung dan dianggap berselingkuh dengan marga asing tetapi kemudian disangkal, sebab pada saat roh Debata hadir dan mengucapkan hal itu kepadanya, ia tak sendirian melainkan turut disaksikan putrinya. Maka kemudian, putra yang terlahir itu (yang kemudian dikenal dengan Raja Sisingamangaraja I), diakui sebagai utusan Debata.
Selanjutnya, Raja Sisingamangaraja memiliki keturunan hingga 12 keturunan. Itu pun secara roh. Hanya saja, hingga kini banyak yang tidak mengakui Raja Sisingamangaraja sebagai nabi bagi Ugamo Malim, melainkan hanya sebagai manusia biasa. Raja Sisingamangaja XII sendiri dikenal sebagai pahlawan Nasional. “Itulah yang menjadi anggapan ganjil terhadap Ugamo Parmalim selama ini,” kata Marnangkok.
Hingga akhir hayat Raja Sisingamaraja XII, keyakinan Ugamo Malim kemudian diturunkan melalui Raja Mulia Naipospos, yang merupakan kakek kandung Marnangkok Naipospos sendiri.
Inilah yang kemudian menjadi acuan pada acara atau ritual-ritual besar Ugamo Parmalim yang diadakan rutin setiap Sabtu dan setiap tahunnya. Ritual-ritual besar Parmalim itu seperti Parningotan Hatutubu ni Tuhan (Sipaha Sada) dan Pameleon Bolon (Sipaha Lima), yang diadakan pertama pada bulan Maret dan yang kedua bulan Juli. Yang kedua diadakan secara besar-besaran pada acara ini para Parmalim menyembelih kurban kerbau atau lembu. “Ini merupakan tanda syukur kami kepada Debata yang telah memberikan kehidupan,” kata Marnangkok.
Begitulah Ugamo Malim dalam ritual dan eksistensinya. Persoalan marginalisasi, kesucian, kontradiksi opini publik hingga harapan mereka, barangkali masih menunjukkan banyak pertanyaan. Namun, setidaknya dalam kepasrahan mereka dapat menikmati sedikit kebebasan di desa mereka sendiri, Hutatinggi. Tapi, hanya sedikit.
Sumber : (Toggo Simangunsong) Harian Global (saya copy dari sini)

Rabu, 04 Januari 2012

Tarombo ni halak batak

apakah anda orang batak yang ingin mengetahui TAROMBO ni halak batak!!!

Menurut salah satu versi:
Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak karya besar : W. M. Hutagalung. CV Tulus Jaya, 1991″

1.          AMBARITA
               2.          AMPAPAGA (SIAMPAPAGA)
               3.          AMPUN (NAHAMPUNGAN)
               4.          ANGKAT
               5.          ANGKAT SINGKAPAL
               6.          ARITONANG
               7.          ARUAN
8.          BABIAT
               9.          BAHO (N AIB AHO)
               10.        BAKO
               11.        BANJ ARNA HOR (NAI NGG OLAN)
12.        BANJARNAHOR (MARBUN)
               13.        BANCIN
               14.        BAKKARA
               15.        BARINGBING (TAM PUBO LON)
               16.        BARUARA (TAMBUNAN)
               17.        BARUTU (SITU MOR ANG)
               18.        BARUTU (SINAGA)
               19.        BATUARA (NAI NGG OLAN)
               20.        BATUBARA
               21.        BERASA
               22.        BA RAMP U
               23.        BARINGIN
               24.        BINJORI
               25.        BINTANG
               26.        BOANG MAN ALU
               27.        BOLIALA
               28.        BONDAR
               29.        BORBOR
               30.        BUATON
               31.        BUNUREA (BANU AREA )
               32.        BUNJORI
               33.        BUTARBUTAR
D. 
34.        DABUTAR (S IDA BUTAR ?)
               35.        DAIRI (S IMAN ULLANG)
               36.        DAIRI ( SINA MBELA)
               37.        DALIMUNTA (MUNTE ?)
               38.        DAPARI
               39.        DAULAE
               40.        DEBATARAJA (SIMA MOR A)
               41.        DEBATARAJA (RAMBE)
               42.        DOLOKSARIBU
               43.        DONGORAN
               44.        DOSI (PARDOSI)
G. 
45.        GAJA
               46.        GAJADIRI
               47.        GAJAMANIK
               48.        GIRSANG
               49.        GORAT
               50.        GULTOM
               51.        GURNING
               52.        GUSAR
H. 
53.        HABEAHAN
               54.        HA RAH AP
               55.        HARIANJA
               56.        HARO
               57.        HAROHARO
               58.        HA SIB UAN
               59.        HA SUG IAN
               60.        HUTABALIAN
               61.        HUTABARAT
               62.        HUTAJULU
               63.        HUTAGALUNG
               64.        HUTAGAOL (LONTUNG)
               65.        HUTAGAOL (SUMBA)
               66.        HUTAHAEAN
               67.        HUTAPEA
               68.        HUTASOIT
               69.        HUTASUHUT
               70.        HUTATORUAN
               71.        HUTAURUK
K. 
72.        K ASO GIHAN
               73.        KUDADIRI
L.
74.        LAMBE
               75.        LIMBONG
               76.        LI NGG A
               77.        LONTUNG
               78.        LUBIS
               79.        LUBIS HATONOPAN
               80.        LUBIS SI NGAS ORO
               81.        LUMBANBATU
               82.        LUMBANDOLOK
               83.        LUMBANGAOL (MARBUN)
               84.        LUMBANGAOL (TAMBUNAN)
               85.        LUMBAN NAHOR (SITU MOR ANG)
               86.        LUMBANP A NDE (SITU MOR ANG)
               87.        LUMBANP A NDE (PAN DIAN GAN )
               88.        LUMBANPEA (TAMBUNAN)
               89.        LUMBANRAJA
               90.        LUMBAN SIANTAR
               91.        LUMBANTOBING
               92.        LUMBANTORUAN (SIRING ORI NGO)
               93.        LUMBANTORUAN ( SIH O MBI NG)
               94.        LUMBANTUNGKUP
M.
95.        MAHA
               96.        MAHABUNGA
               97.        MAHARAJA
               98.        MALAU
               99.        MALIAM
               100.      MANA LU (TOGA SIMA MOR A)
               101.      MANA LU – RAMBE
               102.      MANALU ( BOA NG)
               103.      MANIK
               104.      M ANIK URUK
               105.      MANU RUN G
               106.      MARBUN
               107.      MARBUN SE HUN
               108.      MARDOSI
               109.      MARPAUNG
               110.      MARTUMPU
               111.      MATANIARI
               112.      MATONDANG
               113.      MEHA
               114.      MEKAMEKA
               115.      MISMIS
               116.      MUKUR
               117.      MUNGKUR
               118.      MUNTE (NAIMUNTE ?)
N.
119.      NA BAB AN
               120.      NABUNGKE
               121.      N A DAP DAP
               122.      NADEAK
               123.      NA HAMP UN
               124.      NAHULAE
               125.      NAIBAHO
               126.      NAIBORHU
               127.      NAIMUNTE
               128.      NAIPOSPOS
               129.      NAINGGOLAN
               130.      NAPITU
               131.      NAPI TUP ULU
               132.      NASUTION
               133.      NA SUT ION BOTOTAN
               134.      NA SUT ION LONCAT
               135.      NASUTION TA NGG A A MBEN G
               136.      NASUTION SIMA NGG INTI R
               137.      NASUTION MA NGG IS
               138.      NA SUT ION J ORI NG
O.
139.      OMP USU NGG U
               140.      OMPU MANU NGKOLLANGIT
P.
               141.      PADANG (SITU MOR ANG)
               142.      PADANG (BATA NGH ARI)
               143.      PANGARAJI (TAMBUNAN)
               144.      PAKPAHAN
               145.      PAMAN
               146.      PA NDE URUK
               147.      PANDIAN GAN – LUMBANP A NDE
               148.      PANDIAN GAN SITA NGG UBAN G
               149.      PANDIANGAN SITURANGKE
               150.      PANJ AIT AN
               151.      PANE
               152.      PANGARIBUAN
               153.      PA NGG ABEAN
               154.      PANGKAR
               155.      PAPAGA
               156.      PARAPAT
               157.      PA RDA BUAN
               158.      PARDEDE
               159.      PARDOSI – DAIRI
               160.      PARDOSI (SIAGIAN)
               161.      P ARH USIP
               162.      PASARIBU
               163.      P ASE
               164.      PASI
               165.      PINAYUN GAN
               166.      PINARIK
               167.      PINTUBATU
               168.      POHAN
               169.      PORTI
               170.      POSPOS
               171.      PULUN GAN
               172.      PURBA (TOGA SIMA MOR A)
               173.      PURBA (RAMBE)
               174.      P USU K
R.
175.      RAJ AGU KGUK
               176.      RAMBE-PURBA
               177.      RAMBE- MANA LU
               178.      RAMBE-DEBATARAJA
               179.      RANGKUTI-DANO
               180.      RANGKUTI-PANE
               181.      REA
               182.      RIMOBUNGA
               183.      RITONGA
               184.      RUMAHOMBAR
               185.      RUMAHORBO
               186.      RUMAPEA
               187.      RUMASIN GAP
               188.      RUMAS ONDI
S.
189.      SAGALA
               190.      SAGALA – BANG UNR EA
               191.      SAGALA – HUTABAGAS
               192.      SAGALA HUT AURA T
               193.      SAING
               194.      SAMBO
               195.      SAMOSIR
               196.      SAPA
               197.      SARAGI (SAMOSIR)
               198.      SARAGIH ( SIMA LUNGUN)
               199.      SARAAN ( SERA AN)
               200.      SARUKSUK
               201.      SARUM PAE T
               202.      SEUN (SE HUN )
               203.      SIA DAR I
               204.      SIAGIAN (S IREG AR)
               205.      SIAGIAN (TUAN DIBANG ARNA )
               206.      SIAHAAN (NAI NGG OLAN)
               207.      SIAHAAN (TUAN SOMANI MBI L)
               208.      SIAHAAN HIN ALAN G
               209.      SI AHAA N BALIGE
               210.      SIAHAAN LUMBANGORAT
               211.      SI AHAA N TARA BUNGA
               212.      SI AHAA N SIB UNTUON
               213.      SIALLAGAN
               214.      SIAM PAP AGA
               215.      SIAN IPAR
               216.      SIANTURI
               217.      SIBANGEBENGE
               218.      SIBARANI
               219.      SIBARINGBING
               220.      SIBORO
               221.      SIBORUTO ROP
               222.      SIBUEA
               223.      SI BUR IAN
               224.      S IDA BALOK
               225.      S IDA BANG
               226.      SINA BANG
               227.      SIDEBANG
               228.      SI DAB ARIBA
               229.      SINA BARI BA
               230.      SI DAB UNGKE
               231.      S IDA BUTAR (SARAGI)
               232.      S IDA BUTAR (SILAHISABUN GAN )
               233.      S IDA HAP INTU
               234.      S IDA RI
               235.      SIDAURUK
               236.      SIJABAT
               237.      SIGALINGGING
               238.      SIGIRO
               239.      SIH ALOHO
               240.      SIHITE
               241.      SIHOMBING
               242.      SIHOTANG
               243.      SIKETANG
               244.      SIJABAT
               245.      SILABAN
               246.      SILAE
               247.      SILAEN
               248.      SILALAHI
               249.      SILALI
               250.      SILEANG
               251.      SILITONGA
               252.      SILO
               253.      SIMA IBANG
               254.      SIMA LANGO
               255.      SIMA MORA
               256.      S IMAN DALAHI
               257.      SIMANJORANG
               258.      SIMA NJUNTAK
               259.      S IMAN GU NSO NG
               260.      S IMAN IHU RUK
               261.      S IMAN ULLANG
               262.      SIMA NUNGKALIT
               263.      SIMARANGKIR (SI MOR ANGKIR)
               264.      SIMA REMARE
               265.      SIMA RGOLANG
               266.      SIMARMATA
               267.      SIMARSOIT
               268.      S IMAT UPANG
               269.      SIMBIRING- MEH A
               270.      SEMBIRING- MEL IAL A
               271.      SIMBOLON
               272.      SINABANG
               273.      SINA BARI BA
               274.      SINAGA
               275.      SIBAG ARIA NG
               276.      SINAMBELA – HUMBANG
               277.      SINA MBELA DAIRI
               278.      SINAMO
               279.      SINGKAPAL
               280.      SINURAT
               281.      SIPAHUTAR
               282.      SIPAYUNG
               283.      SIPANGKAR
               284.      SIPANGPANG
               285.      SIPAR DAB UAN
               286.      SIRAIT
               287.      SIRANDOS
               288.      SIREGAR
               289.      SIRINGKIRON
               290.      SIRINGORINGO
               291.      SIRUMAPEA
               292.      SIRUM ASO NDI
               293.      SITA NGG ANG
               294.      SITA NGG UBAN G
               295.      SITARIHORAN
               296.      SITI NDAON
               297.      SITI NJAK
               298.      SITIO
               299.      SITOGATOROP
               300.      SITOHANG U RUK
               301.      SITOHANG TONGATONGA
               302.      SITOHANG TORUAN
               303.      SITOMPUL
               304.      SITORANG (SITU MOR ANG)
               305.      SITORBAN DOL OK
               306.      SITORUS
               307.      SITUMEANG
               308.      SITUMORANG – LUMBANPANDE
               309.      SITUMORANG – LUMBAN NAHOR
               310.      SITUMORANG – SUHUTNIHUTA
               311.      SITUMORANG – SIRINGORINGO
               312.      SITUMORANG – SITOGANG URUK
               313.      SITUMORANG SITOHANG TONGATONGA
               314.      SITUMORANG SITOHANG TORUAN
               315.      SITUNGKIR
               316.      SITURANGKE
               317.      SOBU
               318.      SOLIA
               319.      SOLIN
               320.      SORGANIMUSU
               321.      SORMIN
               322.      SUHUTNIHUTA – SITUMORANG
               323.      SUHUTNIHUTA – SINAGA
               324.      SUHUTNIHUTA – PANDIANGAN
               325.      SUMBA
               326.      SUNGE
               327.      SUNGGU
T. 
328.      TAMBA
               329.       TAMBAK
               330.      T AMBU NAN BARUARA
               331.      TAMBUNAN LUMBANGAOL
               332.      TAMBUNAN LUMPANPEA
               333.      TAMBUNAN PAGARAJI
               334.      TAMBUNAN SUNGE
               335.      TAM PUBO LON
               336.      TAMPUBOLON BARIMBING
               337.      TAM PUBO LON SILAEN
               338.      TAKKAR
               339.      TANJUNG
               340.      TARIHORAN
               341.      TENDANG
               342.      TINAMBUNAN
               343.      TINENDUNG
               344.      TOGATOROP
               345.      TOMOK
               346.      TORBANDOLOK
               347.      TUMA NGG OR
               348.      TURNIP
               349.      TURUTAN Tj ( C).
               350.      TJAPA (CAPA)
               351.      TJAMBO ( CAMB O)
               352.      TJIBERO (CIBERO)
U.
353.      UJUNG – RIMOBUNGA
               354.      UJUNG – SARIBU KAROKARO
               355.      KAROKARO BARUS
               356.      KAROKARO BUKIT
               357.      KAROKARO GURUSINGA
               358.      KA ROK ARO JUNG
               359.      KAROKARO KALOKO
               360.      KAROKARO KACARIBU
               361.      KAR0KARO KESOGIHAN
               362.      KAROKARO KETAREN
               363.      KAROKARO KODA DIRI
               364.      KAROKARO PURBA
               365.      KAROKARO SINURAYA (dari sian raya)
               366.      KAROKARO SEKALI
               367.      KA ROK ARO SIKEMIT
               368.      KAROKARO SINA BULAN
               369.      KAROKARO SINUAJI
               370.      KAROKARO SINUKABAN
               371.      KAROKARO SINULINGGA
               372.      KAROKARO SIMURA
               373.      KAROKARO SITE PU
               374.      KA ROK ARO SURBAKTI TARIGAN
               375.      TARI GAN BANDANG
               376.      TARI GAN GAN AGANA
               377.      TARIGAN GERN ENG
               378.      TARIGAN GIRSANG
               379.      TARI GAN JAMPANG
               380.      TARI GAN PURBA
               381.      TARIGAN SILANGIT
               382.      TARI GAN TAMBAK
               383.      TARIGAN TAMBUN
               384.      TARIGAN TAGUR
               385.      TARIGAN TUA
               386.      TARIGAN CIBERO PERANGINANGIN
               387.      PERANGINANGIN – BENJERANG
               388.      PERANGINANGIN BANGUN
               389.      PERANGINANGIN KABAK
               390.      PERANGINANGIN KACINABU
               391.      PERANGINANGIN KELIAT
               392.      PERANGINANGIN LAKSA
               393.      PERANGINANGIN MANO
               394.      PERANGINANGIN NAMOHAJI
               395.      PERANGINANGIN PANGGARUN
               396.      PERANGINANGIN PENCAWAN
               397.      PERANGINANGIN PARBESI
               398.      PERANGINANGIN PERASIH
               399.      PERANGINANGIN PINEM
               400.      PERANGINANGIN SINUBAYANG
               401.      PERANGINANGIN SINGARIMBUM
               402.      PERANGINANGIN SINURAT
               403.      PERANGINANGIN SUKATENDE
               404.      PERANGINANGIN ULUJANDI
               405.      PERANGINANGIN UWIR GINT ING
               406.      G INTI NG BAHO
               407.      GINTING BERAS
               408.      GINTING GURU PATI H
               409.      GINTING JADIBATA
               410.      GINTING JAWAK
               411.      GINTING M ANIK
               412.      GINTING MUNTE
               413.      GINTING PASE
               414.      GINTING SIGA RAMATA
               415.      GINTING SAR AGIH
               416.      GINTING SINUSINGAN
               417.      GINTING SUGIHEN
               418.      GINTING SINUSUKA
               419.      GINTING TUMANGGER
               420.      GINTING CAPA SEMBIRING
               421.      SEMBIRING-BRAH MANA
               422.      SEMBIRING BUNUHAJI
               423.      SEMBIRING BUSUK (PU)
               424.      SEMBIRING DEPARI
               425.      SEMBIRING GALUK
               426.      SEMBIRING GURU KINAYA
               427.      SEMBIRING KELING
               428.      SEMBIRING KALOKO
               429.      SEMBIRING KEMBAREN
               430.      SEMBIRING MELIALA
               431.      SEMBIRING MUHAM
               432.      SEMBIRING PANDEBAYANG
               433.      SEMBIRING PANDIA
               434.      SEMBIRING PELAWI
               435.      SEMBIRING SINULAKI
               436.      SEMBIRING SINUPAYUNG
               437.      SEMBIRING SINUKAPAR
               438.      SEMBIRING TAKANG
               439.      SEMBIRING SOLIA MARGA SILEBAN MASUK TU BATAK SINAGA
               440.      SINAGA NADIHAYANGHOTORAN
               441.      SINAGA NADIHAYANGBODAT
               442.      SINAGA SIDABARIBA
               443.      SINAGA SIDAGURGUR
               444.      SINAGA SIDAHAP INTU
               445.      SINAGA SIDAHASUHUT
               446.      SINAGA SIAL LAGAN
               447.      SINAGA PORT I DAMANIK
               448.      DAMANIK – AMBARITA
               449.      DAMANIK BARIBA
               450.      DAMANIK GURNING
               451.      DAMANIK MALAU
               452.      DAMANIK TOMOK SARAGI
               453.      SARAGIH-DJAWAK
               454.      SARAGIH DAMUNTE
               455.      SARAGIH DASALAK
               456.      SARAGIH GARINGGING
               457.      SARAGIH SIMARMATA
               458.      SARAGIH SITANGGANG
               459.      SARAGIH SUMBAYAK
               460.      SARAGIH TURNIP PURBA
               461.      PURBA BAWANG
               462.      PURBA DAGAMBIR
               463.      PURBA DASUHA
               464.      PURBA GIRSANG
               465.      PURBA PAKPAK
               466.      PUBA SIIDADOLOK
               467.      PURBA TAMBAK HALAK SILEBAN NA MASUK TU
MARGA NI BATAK
               468.      BARAT ( SIAN HUTABARAT)
               469.      BAUMI (MSRINGAN DI MANDAILING)
               470.      BULUARA ( MARIN GAN AN DI SINGKIL)
               471.      GOCI (MARINGANAN DI SINGKIL)
               472.      KU MBI (MARINGANAN DI SINGKIL)
               473.      MASOPANG (DASOPANG) SIAN HASIBUAN
               474.      MARDIA (MARIN GAN DI MANDAILING)
               475.      MELAYU (Maringan di Singkel) SIAN MALAU
               476.      NA SUT ION (deba mangakui siahaan do nasida pomparan ni si Badoar [sangti]
               477.      PALIS ( MARINGAN DI SINGKILDOLOK)
               478.      RAMIN (MARINGAN DI SINGKIL)
               479.      RANGKUTI ( didok deba nasida, turunan ni Sultan Zulqarnain sian Asia tu Mandailing)
Sumber:
http://www.sirajabatak.com

Tarombo si raja batak

SI RAJA BATAK mempunyai 2 orang putra, yaitu :
1. GURU TATEA BULAN.
2. RAJA ISOMBAON.
GURU TATEA BULAN
Dari istrinya yang bernama SI BORU BASO BURNING, GURU TATEA BULAN memperoleh 5 orang putra dan 4 orang putri, yaitu :
- Putra :
a. SI RAJA BIAK-BIAK, pergi ke daerah Aceh.
b. TUAN SARIBURAJA.
c. LIMBONG MULANA.
d. SAGALA RAJA.
e. MALAU RAJA.
-Putri :
a. SI BORU PAREME, kawin dengan TUAN SARIBURAJA.
b. SI BORU ANTING SABUNGAN, kawin dengan TUAN SORIMANGARAJA, putra RAJA ISOMBAON.
c. SI BORU BIDING LAUT, juga kawin dengan TUAN SORIMANGARAJA.
d. SI BORU NAN TINJO, tidak kawin (banci).
TATEA BULAN artinya “TERTAYANG BULAN” = “TERTATANG BULAN”.
RAJA ISOMBAON (RAJA ISUMBAON)
RAJA ISOMBAON artinya RAJA YANG DISEMBAH. Isombaon kata dasarnya somba (sembah).
Semua keturunan SI RAJA BATAK dapat dibagi atas 2 golongan besar :
a. Golongan TATEA BULAN = Golongan Bulan = Golongan (Pemberi) Perempuan. Disebut juga GOLONGAN HULA-HULA = MARGA LONTUNG.
b. Golongan ISOMBAON = Golongan Matahari = Golongan Laki-laki. Disebut juga GOLONGAN BORU = MARGA SUMBA.
Kedua golongan tersebut dilambangkan dalam bendera Batak (bendera SI SINGAMANGARAJA), dengan gambar matahari dan bulan. Jadi, gambar matahari dan bulan dalam bendera tersebut melambangkan seluruh keturunan SI RAJA BATAK.
SARIBURAJA dan Marga-marga Keturunannya
SARIBURAJA adalah nama putra kedua dari GURU TATEA BULAN. Dia dan adik kandungnya perempuan yang bernama SI BORU PAREME dilahirkan marporhas (anak kembar berlainan jenis).
Mula-mula SARIBURAJA kawin dengan NAI MARGIRING LAUT, yang melahirkan putra bernama RAJA IBORBORON (BORBOR). Tetapi kemudian SI BORU PAREME menggoda abangnya SARIBURAJA, sehingga antara mereka terjadi perkawinan incest. Setelah perbuatan melanggar adat itu diketahui oleh saudara-saudaranya, yaitu LIMBONG MULANA, SAGALA RAJA, dan MALAU RAJA, maka ketiga saudara tersebut sepakat untuk membunuh SARIBURAJA. Akibatnya SARIBURAJA mengembara ke hutan Sabulan meninggalkan SI BORU PAREME yang sedang dalam keadaan hamil. Ketika SI BORU PAREME hendak bersalin, dia dibuang oleh saudara-saudaranya ke hutan belantara, Tetapi di hutan tersebut SARIBURAJA kebetulan bertemu dengan dia.
SARIBURAJA datang bersama seekor harimau betina yang sebelumnya telah dipeliharanya menjadi “istrinya” di hutan itu. Harimau betina itulah yang kemudian merawat serta memberi makan SI BORU PAREME di dalam hutan. SI BORU PAREME melahirkan seorang putra yang diberi nama SI RAJA LONTUNG.
Dari istrinya sang harimau, SARIBURAJA memperoleh seorang putra yang diberi nama SI RAJA BABIAT. Di kemudian hari SI RAJA BABIAT mempunyai banyak keturunan di daerah Mandailing. Mereka bermarga BAYOANGIN.
Karena selalu dikejar-kejar dan diintip oleh saudara-saudaranya, SARIBURAJA berkelana ke daeerah Angkola dan seterusnya ke Barus.
SI RAJA LONTUNG
Putra pertama dari TUAN SARIBURAJA. Mempunyai 7 orang putra dan 2 orang putri, yaitu :
- Putra :
a. TUAN SITUMORANG, keturunannya bermarga SITUMORANG.
b. SINAGA RAJA, keturunannya bermarga SINAGA.
c. PANDIANGAN, keturunannya bermarga PANDIANGAN.
d. TOGA NAINGGOLAN, keturunannya bermarga NAINGGOLAN.
e. SIMATUPANG, keturunannya bermarga SIMATUPANG.
f. ARITONANG, keturunannya bermarga ARITONANG.
g. SIREGAR, keturunannya bermarga SIREGAR.
- Putri :
a. SI BORU ANAKPANDAN, kawin dengan TOGA SIHOMBING.
b. SI BORU PANGGABEAN, kawin dengan TOGA SIMAMORA.
Karena semua putra dan putri dari SI RAJA LONTUNG berjumlah 9 orang, maka mereka sering dijuluki dengan nama LONTUNG SI SIA MARINA, PASIA BORUNA SIHOMBING SIMAMORA.
SI SIA MARINA = SEMBILAN SATU IBU.
Dari keturunan SITUMORANG, lahir marga-marga cabang LUMBAN PANDE, LUMBAN NAHOR, SUHUTNIHUTA, SIRINGORINGO, SITOHANG, RUMAPEA, PADANG, SOLIN.
Dari keturunan SINAGA, lahir marga-marga cabang SIMANJORANG, SIMANDALAHI, BARUTU.
Dari keturunan PANDIANGAN, lahir marga-marga cabang SAMOSIR, GULTOM, PAKPAHAN, SIDARI, SITINJAK, HARIANJA.
Dari keturunan NAINGGOLAN, lahir marga-marga cabang RUMAHOMBAR, PARHUSIP, BATUBARA, LUMBAN TUNGKUP, LUMBAN SIANTAR, HUTABALIAN, LUMBAN RAJA, PUSUK, BUATON, NAHULAE.
Dari keturunan SIMATUPANG lahir marga-marga cabang TOGATOROP (SITOGATOROP), SIANTURI, SIBURIAN.
Dari keturunan ARITONANG, lahir marga-marga cabang OMPU SUNGGU, RAJAGUKGUK, SIMAREMARE.
Dari keturunan SIREGAR, lahir marga-marga cabang SILO, DONGARAN, SILALI, SIAGIAN, RITONGA, SORMIN.
SI RAJA BORBOR
Putra kedua dari TUAN SARIBURAJA, dilahirkan oleh NAI MARGIRING LAUT. Semua keturunannya disebut marga BORBOR.
Cucu RAJA BORBOR yang bernama DATU TALADIBABANA (generasi keenam) mempunyai 6 orang putra, yang menjadi asal-usul marga-marga berikut :
1. DATU DALU (SAHANGMAIMA).
2. SIPAHUTAR, keturunannya bermarga SIPAHUTAR.
3. HARAHAP, keturunannya bermarga HARAHAP.
4. TANJUNG, keturunannya bermarga TANJUNG.
5. DATU PULUNGAN, keturunannya bermarga PULUNGAN.
6. SIMARGOLANG, keturunannya bermarga SIMARGOLANG.
Keturunan DATU DALU melahirkan marga-marga berikut :
a. PASARIBU, BATUBARA, HABEAHAN, BONDAR, GORAT.
b. TINENDANG, TANGKAR.
c. MATONDANG.
d. SARUKSUK.
e. TARIHORAN.
f. PARAPAT.
g. RANGKUTI.
Keturunan DATU PULUNGAN melahirkan marga-marga LUBIS dan HUTASUHUT.
LIMBONG MULANA dan Marga-marga Keturunannya
LIMBONG MULANA adalah putra ketiga dari GURU TATEA BULAN. Keturunannya bermarga LIMBONG. Dia mempunyai 2 orang putra, yaitu PALU ONGGANG dan LANGGAT LIMBONG. Putra dari LANGGAT LIMBONG ada 3 orang. Keturunan dari putranya yang kedua kemudian bermarga SIHOLE dan keturunan dari putranya yang ketiga kemudian bermarga HABEAHAN. Yang lainnya tetap memakai marga induk, yaitu LIMBONG.
SAGALA RAJA
Putra keempat dari GURU TATEA BULAN. Sampai sekarang keturunannya tetap memakai marga SAGALA.
LAU RAJA dan Marga-marga Keturunannya
LAU RAJA adalah putra kelima dari GURU TATEA BULAN. Keturunannya bermarga MALAU. Dia mempunyai 4 orang putra, yaitu :
a. PASE RAJA, keturunannya bermarga PASE.
b. AMBARITA, keturunannya bermarga AMBARITA.
c. GURNING, keturunannya bermarga GURNING.
d. LAMBE RAJA, keturunannya bermarga LAMBE.
Salah seorang keturunan LAU RAJA diberi nama MANIK RAJA, yang kemudian menjadi asal-usul lahirnya marga MANIK.
TUAN SORIMANGARAJA dan Marga-marga Keturunannya
TUAN SORIMANGARAJA adalah putra pertama dari RAJA ISOMBAON. Dari ketiga putra RAJA ISOMBAON, dialah satu-satunya yang tinggal di Pusuk Buhit (di Tanah Batak). Istrinya ada 3 orang, yaitu :
a. SI BORU ANTING MALELA (NAI RASAON), putri dari GURU TATEA BULAN.
b. SI BORU BIDING LAUT (NAI AMBATON), juga putri dari GURU TATEA BULAN.
c. SI BORU SANGGUL HAOMASAN (NAI SUANON).
SI BORU ANTING MALELA melahirkan putra yang bernama TUAN SORBA DJULU (OMPU RAJA NABOLON), gelar NAI AMBATON.
SI BORU BIDING LAUT melahirkan putra yang bernama TUAN SORBA DIJAE (RAJA MANGARERAK), gelar NAI RASAON.
SI BORU SANGGUL HAOMASAN melahirkan putra yang bernama TUAN SORBADIBANUA, gelar NAI SUANON.
NAI AMBATON (TUAN SORBA DJULU/OMPU RAJA NABOLON)
Nama (gelar) putra sulung TUAN SORIMANGARAJA lahir dari istri pertamanya yang bernama NAI AMBATON. Nama sebenarnya adalah OMPU RAJA NABOLON, tetapi sampai sekarang keturunannya bermarga NAI AMBATON menurut nama ibu leluhurnya.
NAI AMBATON mempunyai 4 orang putra, yaitu :
a. SIMBOLON TUA, keturunannya bermarga SIMBOLON.
b. TAMBA TUA, keturunannya bermarga TAMBA.
c. SARAGI TUA, keturunannya bermarga SARAGI.
d. MUNTE TUA, keturunannya bermarga MUNTE (MUNTE, NAI MUNTE, atau DALIMUNTE).
Dari keempat marga pokok tersebut, lahir marga-marga cabang sebagai berikut (menurut buku “Tarombo Marga Ni Suku Batak” karangan W. Hutagalung) :
a. Dari SIMBOLON : TINAMBUNAN, TUMANGGOR, MAHARAJA, TURUTAN, NAHAMPUN, PINAYUNGAN. Juga marga-marga BERAMPU dan PASI.
b. Dari TAMBA : SIALLAGAN, TOMOK, SIDABUTAR, SIJABAT, GUSAR, SIADARI, SIDABOLAK, RUMAHORBO, NAPITU.
c. Dari SARAGI : SIMALANGO, SAING, SIMARMATA, NADEAK, SIDABUNGKE.
d. Dari MUNTE : SITANGGANG, MANIHURUK, SIDAURUK, TURNIP, SITIO, SIGALINGGING.
Keterangan lain mengatakan bahwa NAI AMBATON mempunyai 2 orang putra, yaitu SIMBOLON TUA dan SIGALINGGING. SIMBOLON TUA mempunyai 5 orang putra, yaitu SIMBOLON, TAMBA, SARAGI, MUNTE, dan NAHAMPUN.
Walaupun keturunan NAI AMBATON sudah terdiri dari berpuluih-puluh marga dan sampai sekarang sudah lebih dari 20 sundut (generasi), mereka masih mempertahankan Ruhut Bongbong, yaitu peraturan yang melarang perkawinan antar sesama marga keturunan NAI AMBATON.
Catatan mengenai OMPU BADA, menurut buku “Tarombo Marga Ni Suku Batak” karangan W. Hutagalung, OMPU BADA tersebut adalah keturunan NAI AMBATON pada sundut kesepuluh.
Menurut keterangan dari salah seorang keturunan OMPU BADA (MPU BADA) bermarga GAJAH, asal-usul dan silsilah mereka adalah sebagai berikut :
a. MPU BADA ialah asal-usul dari marga-marga TENDANG, BUNUREA, MANIK, BERINGIN, GAJAH, dan BARASA.
b. Keenam marga tersebut dinamai SIENEMKODIN (Enem = enam, Kodin = periuk) dan nama tanah asal keturunan MPU BADA pun dinamai SIENEMKODIN.
c. MPU BADA bukan keturunan NAI AMBATON, juga bukan keturunan SI RAJA BATAK dari Pusuk Buhit.
d. Lama sebelum SI RAJA BATAK bermukim di Pusuk Buhit, OMPU BADA telah ada di tanah Dairi. Keturunan MPU BADA merupakan ahli-ahli yang trampil (pawang) untuk mengambil serta mengumpulkan kapur barus yang diekspor ke luar negeri selama berabad-abad.
e. Keturunan MPU BADA menganut sistem kekerabatan Dalihan Natolu seperti yang dianut oleh saudara-saudaranya dari Pusuk Buhit yang datang ke tanah Dairi dan Tapanuli bagian barat.
NAI RASAON (RAJA MANGARERAK) : nama (gelar) putra kedua dari TUAN SORIMANGARAJA, lahir dari istri kedua TUAN SORIMANGARAJA yang bernama NAI RASAON. Nama sebenarnya ialah RAJA MANGARERAK, tetapi hingga sekarang semua keturunan RAJA MANGARERAK lebih sering dinamai orang NAI RASAON.
RAJA MANGARERAK mempunyai 2 orang putra, yaitu RAJA MARDOPANG dan RAJA MANGATUR. Ada 4 marga pokok dari keturunan RAJA MANGARERAK :
a. Dari RAJA MARDOPANG, menurut nama ketiga putranya, lahir marga-marga SITORUS, SIRAIT, dan BUTAR BUTAR.
b. Dari RAJA MANGATUR, menurut nama putranya, TOGA MANURUNG, lahir marga MANURUNG.
Marga PANE adalah marga cabang dari SITORUS.
NAI SUANON (TUAN SORBADIBANUA) : nama (gelar) putra ketiga dari TUAN SORIMANGARAJA, lahir dari istri ketiga TUAN SORIMANGARAJA yang bernama NAI SUANON. Nama sebenarnya ialah TUAN SORBADIBANUA, dan di kalangan keturunannya lebih sering dinamai TUAN SORBADIBANUA.
TUAN SORBADIBANUA mempunyai 2 orang istri dan memperoleh 8 orang putra.
Dari istri pertama (putri SARIBURAJA) :
a. SI BAGOT NI POHAN, keturunannya bermarga POHAN.
b. SI PAET TUA.
c. SI LAHI SABUNGAN, keturunannya bermarga SILALAHI.
d. SI RAJA OLOAN.
e. SI RAJA HUTA LIMA.
Dari istri kedua (BORU SIBASOPAET, putri Mojopahit) :
a. SI RAJA SUMBA.
b. SI RAJA SOBU.
c. TOGA NAIPOSPOS, keturunannya bermarga NAIPOSPOS.
Keluarga TUAN SORBADIBANUA bermukim di Lobu Parserahan – Balige. Pada suatu ketika, terjadi peristiwa yang unik dalam keluarga tersebut. Atas ramalan atau anjuran seorang datu, TUAN SORBADIBANUA menyuruh kedelapan putranya bermain perang-perangan. Tanpa sengaja, mata SI RAJA HUTA LIMA terkena oleh lembing SI RAJA SOBU. Hal tersebut mengakibatkan emosi kedua istrinya beserta putra-putra mereka masing-masing, yang tak dapat lagi diatasi oleh TUAN SORBADIBANUA. Akibatnya, istri keduanya bersama putra-putranya yang 3 orang pindah ke Lobu Gala-gala di kaki gunung Dolok Tolong sebelah barat.
Keturunana TUAN SORBADIBANUA berkembang dengan pesat, yang melahirkan lebih dari 100 marga hingga dewasa ini.
Keturunan SI BAGOT NI POHAN melahirkan marga dan marga cabang berikut :
a. TAMPUBOLON, BARIMBING, SILAEN.
b. SIAHAAN, SIMANJUNTAK, HUTAGAOL, NASUTION.
c. PANJAITAN, SIAGIAN, SILITONGA, SIANIPAR, PARDOSI.
d. SIMANGUNSONG, MARPAUNG, NAPITUPULU, PARDEDE.
Keturunan SI PAET TUA melahirkan marga dan marga cabang berikut :
a. HUTAHAEAN, HUTAJULU, ARUAN.
b. SIBARANI, SIBUEA, SARUMPAET.
c. PANGARIBUAN, HUTAPEA.
Keturunan SI LAHI SABUNGAN melahirkan marga dan marga cabang berikut :
a. SIHALOHO.
b. SITUNGKIR, SIPANGKAR, SIPAYUNG.
c. SIRUMASONDI, RUMASINGAP, DEPARI.
d. SIDABUTAR.
e. SIDABARIBA, SOLIA.
f. SIDEBANG, BOLIALA.
g. PINTUBATU, SIGIRO.
h. TAMBUN (TAMBUNAN), DOLOKSARIBU, SINURAT, NAIBORHU, NADAPDAP, PAGARAJI, SUNGE, BARUARA, LUMBAN PEA, LUMBAN GAOL.
Keturunan SI RAJA OLOAN melahirkan marga dan marga cabang berikut :
a. NAIBAHO, UJUNG, BINTANG, MANIK, ANGKAT, HUTADIRI, SINAMO, CAPA.
b. SIHOTANG, HASUGIAN, MATANIARI, LINGGA, MANIK.
c. BANGKARA.
d. SINAMBELA, DAIRI.
e. SIHITE, SILEANG.
f. SIMANULLANG.
Keturunan SI RAJA HUTA LIMA melahirkan marga dan marga cabang berikut :
a. MAHA.
b. SAMBO.
c. PARDOSI, SEMBIRING MELIALA.
Keturunan SI RAJA SUMBA melahirkan marga dan marga cabang berikut :
a. SIMAMORA, RAMBE, PURBA, MANALU, DEBATARAJA, GIRSANG, TAMBAK, SIBORO.
b. SIHOMBING, SILABAN, LUMBAN TORUAN, NABABAN, HUTASOIT, SITINDAON, BINJORI.
Keturunan SI RAJA SOBU melahirkan marga dan marga cabang berikut :
a. SITOMPUL.
b. HASIBUAN, HUTABARAT, PANGGABEAN, HUTAGALUNG, HUTATORUAN, SIMORANGKIR, HUTAPEA, LUMBAN TOBING, MISMIS.
Keturunan TOGA NAIPOSPOS melahirkan marga dan marga cabang berikut :
a. MARBUN, LUMBAN BATU, BANJARNAHOR, LUMBAN GAOL, MEHA, MUNGKUR, SARAAN.
b. SIBAGARIANG, HUTAURUK, SIMANUNGKALIT, SITUMEANG.
***
DONGAN SAPADAN (TEMAN SEIKRAR, TEMAN SEJANJI)
Dalam masyarakat Batak, sering terjadi ikrar antara suatu marga dengan marga lainnya. Ikrar tersebut pada mulanya terjadi antara satu keluarga dengan keluarga lainnya atau antara sekelompok keluarga dengan sekelompok keluarga lainnya yang marganya berbeda. Mereka berikrar akan memegang teguh janji tersebut serta memesankan kepada keturunan masing-masing untuk tetap diingat, dipatuhi, dan dilaksanakan dengan setia. Walaupun berlainan marga, tetapi dalam setiap marga pada umumnya ditetapkan ikatan, agar kedua belah pihak yang berikrar itu saling menganggap sebagai dongan sabutuha (teman semarga). Konsekuensinya adalah bahwa setiap pihak yang berikrar wajib menganggap putra dan putri dari teman ikrarnya sebagai putra dan putrinya sendiri. Kadang-kadang ikatan kekeluargaan karena ikrar atau padan lebih erat daripada ikatan kekeluargaan karena marga. Karena ada perumpamaan Batak mengatakan sebagai berikut :
“Togu urat ni bulu, toguan urat ni padang;
Togu nidok ni uhum, toguan nidok ni padan”
artinya :
“Teguh akar bambu, lebih teguh akar rumput;
Teguh ikatan hukum, lebih teguh ikatan janji”
Masing-masing ikrar tersebut mempunyai riwayat tersendiri. Marga-marga yang mengikat ikrar antara lain adalah :
a. MARBUN dengan SIHOTANG.
b. PANJAITAN dengan MANULLANG.
c. TAMPUBOLON dengan SITOMPUL.
d. SITORUS dengan HUTAJULU – HUTAHAEAN – ARUAN.
e. NAHAMPUN dengan SITUMORANG.
CATATAN TAMBAHAN
1. Selain PANE, marga-marga cabang lainnya dari SITORUS adalah BOLTOK dan DORI.
2. Marga-marga PANJAITAN, SILITONGA, SIANIPAR, SIAGIAN, dan PARDOSI tergabung dalan suatu punguan (perkumpulan) yang bernama TUAN DIBANGARNA. Menurut yang saya ketahui, dahulu antar seluruh marga TUAN DIBANGARNA ini tidak boleh saling kawin. Tetapi entah kapan ada perjanjian khusus antara marga SIAGIAN dan PANJAITAN, bahwa sejak saat itu antar mereka (kedua marga itu) boleh saling kawin.
3. Marga SIMORANGKIR adalah salah satu marga cabang dari PANGGABEAN. Marga-marga cabang lainnya adalah LUMBAN RATUS dan LUMBAN SIAGIAN.
4. Marga PANJAITAN selain mempunyai ikatan janji (padan) dengan marga SIMANULLANG, juga dengan marga-marga SINAMBELA dan SIBUEA.
5. Marga SIMANJUNTAK terbagi 2, yaitu HORBOJOLO dan HORBOPUDI. Hubungan antara kedua marga cabang ini tidaklah harmonis alias bermusuhan selama bertahun-tahun, bahkan sampai sekarang. (mereka yang masih bermusuhan sering dikecam oleh batak lainnya dan dianggap batak bodoh)
6. TAMPUBOLON mempunyai putra-putra yang bernama BARIMBING, SILAEN, dan si kembar LUMBAN ATAS & SIBULELE. Nama-nama dari mereka tersebut menjadi nama-nama marga cabang dari TAMPUBOLON (sebagaimana biasanya cara pemberian nama marga cabang pada marga-marga lainnya).
7. Pada umumnya, jika seorang mengatakan bahwa dia bermarga SIAGIAN, maka itu adalah SIAGIAN yang termasuk TUAN DIBANGARNA, bukan SIAGIAN yang merupakan marga cabang dari SIREGAR ataupun LUMBAN SIAGIAN yang merupakan marga cabang dari PANGGABEAN.
8. Marga SIREGAR, selain terdapat di suku Batak Toba, juga terdapat di suku Batak Angkola (Mandailing). Yang di Batak Toba biasa disebut “Siregar Utara” sedangkan yang di Batak Angkola (Mandailing) biasa disebut “Siregar Selatan”.
9. Marga-marga TENDANG, BUNUREA, MANIK, BERINGIN, GAJAH, BARASA, NAHAMPUN, TUMANGGOR, ANGKAT, BINTANG, TINAMBUNAN, TINENDANG, BARUTU, HUTADIRI, MATANIARI, PADANG, SIHOTANG, dan SOLIN juga terdapat di suku Batak Pakpak (Dairi).
10. Di suku Batak Pakpak (Dairi) :
a. BUNUREA disebut juga BANUREA.
b. TUMANGGOR disebut juga TUMANGGER.
c. BARUTU disebut juga BERUTU.
d. HUTADIRI disebut juga KUDADIRI.
e. MATANIARI disebut juga MATAHARI.
f. SIHOTANG disebut juga SIKETANG.
11. Marga SEMBIRING MELIALA juga terdapat di suku Batak Karo. SEMBIRING adalah marga induknya, sedangkan MELIALA adalah salah satu marga cabangnya.
12. Marga DEPARI juga terdapat di suku Batak Karo. Marga tersebut juga merupakan salah satu marga cabang dari SEMBIRING.
13. Jangan keliru (bedakan) :
a. SITOHANG dengan SIHOTANG.
b. SIADARI dengan SIDARI.
c. BUTAR BUTAR dengan SIDABUTAR.
d. SARAGI (Batak Toba) dengan SARAGIH (Batak Simalungun).
14. Entah kebetulan atau barangkali memang ada kaitannya, marga LIMBONG juga terdapat di suku Toraja.
15. Marga PURBA juga terdapat di suku Batak Simalungun.

Sumber:
“Kamus Budaya Batak Toba” karangan M.A. Marbun dan I.M.T. Hutapea, terbitan Balai Pustaka, Jakarta, 1987
Disadur oleh: * http://forum.bersamatoba.com/
                      * lamsiharp.blogspot.com